Drama
Queen
Tidak terasa tiga bulan terlalui sudah. Ritual wajib perkuliahan, Ujian Tengah Semester alias UTS, pun sudah terlalui. Yang akan dan sedang dilalui adalah ritual kegalauan nilai ujian, haha. Emang dasar itu pelajaran yang maha abstrak atau emang dasar si Karra yang bener-bener ga bakat dalam hal keabstrakan, fisika. Itu nilai fisika Karra jelek banget. Dari 30 soal pilihan, cuma segelintir jawaban Karra yang bener, haha. Karra pun sampe meneteskan air mata loh gara-gara itu. Apakah Karra benar adanya Karra menangis gara-gara nilai fisika nya itu?
Sore itu, cuaca sedikit mendung.
Namun nampaknya Karra ceria-ceria aja. Sementara Fara dan Dena nampak hampir
ikutan mendung juga tuh. Karra, Fara, dan Dena berjalan ke tempat yang mendadak
ngetrend saat itu, Mading (majalah dinding) nilai UTS, haha. Sesampainya di
sana, terlihat lah segerombolan anak-anak dengan tingkat ke-kepo-an yang
tinggi. Sebaliknya, Karra yang terlihat tenang. Emang dasar mati rasa kali ya
tu si Karra. Jelas-jelas, waktu UTS, Karra ga bisa ngerjain soal-soal maha
abstrak itu. Sekarang malah sempet-sempetnya berharap ada petir pembawa
keajaiban buat nilai fisika Karra, harapan semu, haha.
Fara dan Dena dengan tingkat
ke-kepo-an yang cukup tinggi akhirnya berusaha sekuat tenaga menerobos segerombolan
orang itu ke barisan paling depan. Karra pun mengikuti aksi mereka berdua.
Fara:
“ Bener berapa lu, Ra? “ [muka sedih]
Karra:
“ Hm, 13 deh tadi kayanya.” [muka tanpa penyesalan]
Fara:
“ Mending, gue 11.” [makin sedih]
Karra:
“ Masih banyak yang lebih jelek kok, tenang-tenang.” [muka tanpa rasa bersalah]
Fara:
[muka mendung]
Dena:
[muka lebih mendung]
Setelah aksi ke-kepo-an itu, mereka
pun bergegas kembali ke asrama. Di tengah perjalanan kembali ke asrama,
tepatnya di pinggir jalan, tiba-tiba aja, jeblak!
Mita:
“ Denaaaaa.” [melambaikan tangan]
Dena:
“ Eh Mitaaa.” [melambaikan tangan juga]
Wira:
[muka tertutup helm, pandangan lurus ke depan]
Karra:
“ Itu tadi siapa, Na, yang naek motor? Itu Wira kan yang di depan?” [penasaran]
Dena:
“ Iya. Itu Wira sama cewenya, Mita.” [menjelaskan]
Karra:
[muka berasa kesamber petir]
Dena:
“Mita itu temen se-asrama aku, kamarnya di seberang kamar aku.” [menjelaskan]
Karra:
“ Oh.” [muka stay cool]
Fara:
[menyimak]
Dena:
“ Lucu deh, Mita kan suka nanya-nanya soal Wira kalo di kelas gimana. Aku jawab
aja Wira lucu, suka bikin ketawa, hehe. Kata Mita ya Wira emang begitu.”
Karra:
[muka cengo]
Fara:
[masih setia menyimak]
“ Apaaa???? Aaaa, dunia
berasa sempit banget buat gue sekarang. Kenapa mesti Dena? Temen deket gue.
Kenapa yang ada di deket gue mesti ikutan terlibat. Demi apapun, gue ga
nyalahin mereka. Gue pun ga nyalahin cewenya Wira yang pake acara minta tolong
ke si Tita segala sampe akhirnya gue tau segalanya. Gue terlalu cukup tau
segalanya. Gue udah terlalu cukup tau tentang Wira dan seisinya. Yang ga gue
tau adalah siapa Wira sebenarnya? Apa mungkin gue bakal tau? Gimana caranya?
Gue ga punya muka yang bener. Bahkan bakal banyak muka yang gue tunjukkin di
depan orang-orang. Kenapa mesti gue? Kenapa mesti Wira? Kenapa mesti Tita? Dan
sekarang kenapa mesti Dena? “
*****
Berasa beneran kesamber petir ya si
Karra. Tapi nampaknya bukan petir keajaiban yang diinginkan Karra. Petir kali
ini bukan petir biasa. Dalam perjalanan menuju kamar, Karra nampak lunglai
dengan muka mendung yang hampir hujan. Di lorong asrama, Karra disambut dengan
riuh orang-orang yang mengeluhkan nilai fisika. Karra sungguh tidak peduli
dengan riuh itu dan nilai itu. Sesampainya di kamar, Karra pun langsung
disambut oleh Septi dan Tita.
Septi:
“ Karra, kenapa muka lu begitu? “ [heran]
Tita:
“ Kenapa, Ra. Emang fisika lu bener berapa? “
Karra:
“ Fisika gue jelek.” [meneteskan air mata]
Septi:
“ Yaampun Karra, jangan nangis. Udah cupcup. “ [menenangkan Karra]
Tita:
“ Fisika gue juga jelek kok, Ra. Tenang aja.”
“ Gue nangis gara-gara tu fisika?
Ya ngga lah. Dosa apa gue mesti ngedosa begini. Jadi muka dua banget gue.
Should be this a white lies for whom I sacrifice more than anyone? It’s not
just a fairy tale, it’s too drama. And now, the truly drama queen is me.”
- to be continued -