When You Fall in Love


From the book "The Science of Love and Betrayal"

“ What happens when we fall in love is probably one of the most difficult things in the whole universe to explain. It’s something we do without thinking. In fact, if we think about it too much, we usually end up doing it all wrong and get in a terrible muddle. That’s because when you fall in love, the right side of your  brain gets very busy. The right side is the bit that seems to be especially important for our emotions. Language, on the other hand, gets done almost completely in the left side of the brain. And this is one reason why we find it so difficult to talk about our feelings and emotions: the language areas on the left side can’t send messages to the emotional areas on the right side very well. So we get stuck for words, unable to describe our feelings. ”

Evolutionary Psychologist, Robin Dunbar



Jaman Dulu Itu Keren Meeen

Nostalgia Sherina Kecil


Siapa sih yang ga kenal penyanyi cilik Sherina? Yup, buat kamu-kamu yang semasa kecil lagi berada di jaman-jamannya Sherina, pasti seneng banget dong yaaa. Lagu-lagu Sherina jaman dulu enak-enak loh. Ga nyesel deh masa kecil kita dulu emang keren, haha. Coba bandingin sama masa anak kecil sekarang yang bahkan penyanyi cilik pun jarang. Bersyukur deh kita dulu punya Sherina, Trio Kwek Kwek, Joshua, Tasya, Maissy, sampe Chikita Meidy. Tau ga? Sewaktu kecil, Sherina udah ngerilis tiga album loh. Buat kamu-kamu yang dulu sempet melewatkan lagu-lagu Sherina di ketiga album tersebut, di sini bakal dibahas satu per satu. Check this!

Andai Aku Besar Nanti


Ini album debut Sherina yang dirilis tahun 1999, Wow! Di dalam album ini terdapat tujuh lagu yang keren-keren banget deh pokoknya. Ini dia daftar lagu-lagunyaaa. Kamu bisa langsung download juga loooh.

Andai Aku Besar Nanti
http://www.4shared.com/mp3/6BHFG3R3/Sherina_-_Andai_Aku_Besar_Nant.html
Balon Udaraku
http://www.4shared.com/mp3/R9hM0MgS/sherina_-_balon_udaraku.html
Bermain Musik
http://www.4shared.com/mp3/hQ2MDYwM/sherina_-_bermain_musik.html
Dua Balerina
http://www.4shared.com/mp3/qaT7fRcS/sherina_-_dua_balerina.html
Kembali Ke Sekolah
http://www.4shared.com/mp3/ReF0Fi6g/Sherina_-_Kembali_Ke_Sekolah.html
Pelangiku
http://www.4shared.com/mp3/DKworQqJ/sherina_-_pelangiku.html
Putri Dalam Cermin
http://www.4shared.com/mp3/QxJ3A9Qv/sherina_-_putri_dalam_cermin.html

Petualangan Sherina

 

Nah, ini album kedua Sherina yang dirilis tahun 2000. Album ini juga sekaligus sebagai album soundtrack film Petualangan Sherina. Siapa sih yang ga tau film ini? Film masa kecil yang sampe sekarang pun kita ga bosen-bosen buat nonton film ini ya. Bahkan sampe ada aja yang hafal tiap dialog di tiap adegan film ini, hehe. Berikut daftar lagu-lagunyaaa. Bisa didownload jugaaa.

Anak Mami
http://www.4shared.com/audio/aSMPev7l/SHERINA__PETUALANGAN_SHERINA__.html
Bintang Bintang
http://www.4shared.com/mp3/eFZiQkMM/sherina-bintang-bintang.html
Jagoan
http://www.4shared.com/audio/qOB3OBlQ/Sherina_Feat_Rodo_-_Jagoan.html
Kertarejasa
http://www.4shared.com/audio/TEwIxbdj/Sherina_ft_Djaduk_Ferianto_-_K.html
Lihatlah Lebih Dekat
http://www.4shared.com/mp3/tXuopzcs/sherina_-_lihatlah_lebih_dekat.html
Menikmati Hari
http://www.4shared.com/mp3/2f0AncQI/menikmati_hari.html
Persahabatan
http://www.4shared.com/mp3/X5o_UcXQ/sherina_-_persahabatan.html
Petualangan Sherina
http://www.4shared.com/mp3/W3k653H9/petualangan_sherina__theme_son.html

My Life


Album ketiga ini sekaligus album terakhir Sherina di masa kecilnya. Sedih memang waktu Sherina udah ga bikin album lagi setelah album ketiga ini. Di album terakhir ini terdapat sembilan lagu yang ga kalah kerennya seperti lagu-lagu di album sebelumnya. Ini daftar lagu-lagunyaaa. Silakan di download jugaaa.

Aku Beranjak Dewasa
http://www.4shared.com/mp3/TYbPeX5l/sherina_-_aku_beranjak_dewasa.html
Click Clock
http://www.4shared.com/audio/DrPsmlzJ/Sherina_-_Click_Clock.html
My Life (English)
http://www.4shared.com/audio/D3Lzpwdt/Sherina_-_My_Life__English_.html
Curahan Segalanya
http://www.4shared.com/mp3/SJGnf0c8/sherina_-_curahan_segalanya.html
Sahabat Sepanjang Masa
http://www.4shared.com/mp3/kp57JyUd/sherina_-_sahabat_sepanjang_ma.html
Sebuah Rahasia
http://www.4shared.com/audio/sDn7Hnot/Sherina_-_Sebuah_Rahasia.htm
Kisah Sang Lebah
http://www.4shared.com/audio/X_6VcBnH/Sherina_-_Kisah_Sang_Lebah.html
Kotak Musikku
http://www.4shared.com/audio/gU3czjar/Sherina_-_Kotak_Musikku.htm

Nah, gimana? Udah denger lagu-lagunya kan? Keren-keren bukan? Itulah mengapa jaman dulu itu emang keren meeen, haha.

Salam Jadul
Sekian



Banjarsari in Action

KKP Production, Proudly Present ,,,

Movie 1, Action! 

Movie 2, Action!



Main Cast 

Actor : Khoerur Roziqin
Actress: Agutina Rahayu, Sarah Nur Amalia,  Karina Indah Pertiwi, Nanda Fira Pratiwi, Intan Endawaty

Walk-on Cast 

The Ciloa's
The Banjarsari'ers
The Garut'ers


In The Lift We First Meet (9)


2012


Pagi itu di ruang kuliah yang terkesan sejuk, anak-anak malah nampak sedang riuh membicarakan nilai mereka, apalagi kalo bukan nilai fisika. Terlihat Karra yang sedang membawa buku dan berjalan ke arah seseorang.
Karra: “Arya.“ [menghampiri Arya]
Arya: “ Ada apa, Ra? “
Karra: “ Ini hasil perhitungan praktikum kemaren, tapi belum gue koreksi lagi.”
Arya: “ Oke, ntar sambil gue periksa lagi deh.”
Karra: “ Eh, gimana nilai fisika lu?”
Arya: “ Jelek banget, haha, lu?”
Karra: “ Gue juga kali. Cuma bener belasan, haha.”
Arya: “ Gue satuan dong, haha.”
Wira: “ [tiba-tiba menghampiri Karra dan Arya]
Karra: [muka kaget]
Wira: “ Eh, eh, lagi pada ngomongin apaan sih? “ [nyamber kaya petir]
Arya: “ Fisika, haha.”
Wira: “ Emang nilai fisika lu berapa, Ra?”
Karra: “ Gue sensitif ditanya nilai.” [bergegas pergi]
Wira: [muka cengo]
            Jelaslah lah Karra sensitif ditanya nilai fisika sama si Wira, ga terlepas dari kejadian kemarin. Sejak itu, Wira mendadak jadi copycat yang selalu bilang “ Gue sensitif ditanya nilai” setiap ditanya nilai sama orang-orang. Sebagai contoh, beberapa menit setelah itu.
Akbar: “ Eh, Ra, nilai Sosum udah keluar noh ditempel di Asrama. Lu berapa? ”
Wira: “ Gue sensitif ditanya nilai.” [ngikutin gaya Karra]
            Sontak lah Karra yang berada ga jauh dari tempat mereka ngobrol itu langsung mencak-mencak. Karra semakin ga ngerti sama tingkah polah Wira. Herannya, setiap dibikin kesel sama Wira, Karra tu cuma bisa diem terus bukannya marah eh malah galau, yaelah.

*****

            Siang harinya, Karra, Fara, Dena, Akbar, dan Bima makan siang bersama di suatu kantin. Mereka berlima terbilang cukup akrab meskipun Akbar dan Bima lebih sering menghabiskan waktu bersama Wira and the boy band plus girl band nya itu alias Rahma, Hani, Safi, dan Mela. Topik pembicaraan sembari makan siang itu nampaknya seru.
Bima: “ Eh eh, uda pada nonton film 2012 belom? “
Dena: “ Belum tuh, Ma. “
Fara: [geleng-geleng]
Karra: “ Belom. Tapi besok gue mau nonton sama sohib gue di Jakarta.”
Akbar: [menyimak]
Bima: “ Pulang lu, Ra, besok? Pulang mulu, dasar homers, haha.”
Karra: “ Sial, apa bedanya sama lu, homers juga, haha.”
Akbar: “ Eh besok kita-kita juga mau nonton loh.”
Fara: “ Kita-kita tu siapa deh? ”
Akbar: “ Gue, Bima, Wira, Kevin, Rahma, Hani, Safi, Mela, and many more lah. Lu ikutan aja kalo mau.”
Dena: “ Yah, tapi Karra besok pulang.”
Fara: “ Iya lu, Ra, jangan pulang sih.”
Karra: “ Bukannya gitu. Gue udah janji nonton 2012 sama sohib gue itu dari jauh-jauh hari. Maap ya temen-temen.”
Bima: “ Yaudah sih Karra ini, biarin. Lu berdua aja yang ikut, haha.”
Akbar: “ Yaelah, paketan amat sih lu bertiga, udah kaya sms, haha.”
Karra: “ Sial lu, haha.”

*****

            Sore harinya, anak-anak terlihat bergegas ke ruang kuliah yang terbilang gaul itu. Gimana ga gaul. Itu ruang kuliah ibarat bioskop. Bangku-bangku di ruang kuliah itu memang tertata apik layaknya kursi bioskop plus layar LCD setaraf layar lebar. Suasana ruang kuliah pun ga beda jauh sama suasana bioskop yang full AC, lebih tepatnya AC alam. Bedanya, kalo di bioskop kita bisa terkesima sama film yang diputer di layar, nah kalo di ruang itu kita bisa sangat-sangat terkesima sama slide kuliah yang diputer di layar. Saking terkesimanya, kita sampe terlena dan tertidur pulas dibuatnya, haha.
            Karra dan Tita nampak berjalan bersama menuju ruang kuliah itu. Secara ya itu kuliah kelas besar, jadinya ga jarang Karra bisa berangkat bareng Tita. Nampaknya orang yang berjalan di belakang Karra dan Tita tidak asing lagi bagi Karra dan Tita tentunya. Orang itu adalah siapa lagi kalo bukan Wira. Karra langsung tersadar keberadaan Wira di belakangnya. Tersadar karena suara canda tawa Wira. Sepertinya hidup Wira tu mulus-mulus aja ya, penuh canda tawa setiap harinya. Menyadari hal itu, Karra pun segera berpikir cepat menghindari hal-hal konyol yang mungkin akan terjadi. Karra spontan mengajak Tita berbelok ke arah toko jajanan yang berada ga jauh dari situ. Harapan Karra adalah Wira bakal jalan lebih dulu jadinya ga bakal berpapasan dan sejenisnya lah, intinya ga ketemu.
Tita: “ Eh, Ra, mau kemana? “
Karra: “ Ke toko situ yuk, beli cemilan. Yakin lu bisa bertahan kuliah nanti tanpa cemilan? Ada juga tidur lu ntar, haha.”
Tita: “ Haha bener juga. Mau beli permen ah gue biar ga ngantuk.”
Karra: “ Nah bener tu. Gue juga mau beli choki-choki.”
            Selang beberapa menit, setelah membeli cemilan-cemilan itu, mereka pun bergegas melanjutkan perjalanan lagi menuju ruang kuliah. Alih-alih Karra mau menghindari Wira, eh malah terjadi hal sebaliknya. Kamuflase Karra kali ini gagal lagi karena tiba-tiba, jeblak!
Tita: “ Oi, Wira.”
Wira: [menghampiri Karra dan Tita]
Tita: “ Abis jajan itu lu? Apaan tu? “
Wira: “ Iya nih kue-kue an, laper gue, hehe.”
Karra: “ Kue-kue an? Kue maenan berarti.” [bergumam dalam hati]
Tita: “ Kita sekelas besar tapi malah jarang ngobrol-ngobrol ya, Ra.”
Wira: “ Haha, iya juga ya ta. Wew, minuman tu dingin, seger kayanya.” [mengalihkan pandangan ke arah minuman yang dipegang Karra.”
Karra: [memicingkan mata lalu tersenyum terpaksa]
Tita: “ Yuk yuk, jalan ke kelas. Udah pada rame tuh.”
            Berasa kesamber petir lagi tu si Karra. Oyaampun, bisa ga sih sehari aja hidup Karra terbebas dari Wira. Karra bener-bener ga abis pikir. Kali ini Karra ga boleh gagal berkamuflase lagi. Saatnya mencari tempat duduk yang aman dan nyaman plus ga terjangkau dari keberadaan Wira. Tapinya ya seperti biasa, tempat duduk Karra udah dipesen khusus alias di take-in sama Fara dan Dena. Karra terpaksa deh duduk di samping Fara dan berharap ga bakal ada yang duduk di sebelahnya. Karena bangku di sebelah Karra itu kosong jadinya was-was juga. Hal sebaliknya pun terjadi lagi karena tiba-tiba aja ada yang duduk di sebelah Karra. Siapa lagi kalo bukan, jeblak!
Wira: “ Ra, bisa bukain ini ga? Bungkus plastiknya susah dibuka, tangan gue licin, hehe.” [muka standar]
Karra: “ Mana sini, gue coba dulu ya.” [muka terpaksa]
Wira: “ Yah lama deh, keburu laper.” [muka mulai tengil]
Karra: “ Ya ini bungkusnya juga licin. Nih, udah.”
Wira: “ Ga jadi deh, buat lu aja.”
Karra: [muka cengo]
Wira: [cengar-cengir]
Karra: “ Fara, lu mau ga nih kue? dari Wira.”
Fara: “ Mana sini, gue laper, makasih-makasih.” [muka polos]
            Kejadian itu sempet bikin Karra ketawa, tapi ketawa yang ditahan tentunya. Sebenarnya Karra ga kesel sama Wira. Justru Karra seneng. Karra emang suka sama Wira yang ga kenal mati gaya, blak-blakan, ekspresif, plus autis. Terlepas dari semua tingkah polah Wira itu ya intinya Karra suka sama Wira pada pandangan pertama. Untungnya setelah kejadian itu, Wira langsung pindah tempat duduk di deket boyband and girlband nya itu tentunya. Jadinya Wira nyamperin tempat Karra cuma buat minta tolong bukain plastik bungkus kue? Oyaampun.
           
*****
           
            Seperti biasa, kuliah bioskop itu berlangsung dengan hening. Bukan keheningan yang berarti anak-anak menikmati slide demi slide kuliah yang diputar di layar, tetapi keheningan sejati dari anak-anak yang sedang menikmati alam mimpinya, haha. Dua jam pun terlewati sudah. Saatnya mimpi anak-anak sejati itu berakhir pula. Namun ternyata ada juga seseorang yang tak kunjung terbangun dari mimpinya. Ternyata pula, orang yang bersangkutan itu duduk di bangku paling ujung deket pintu keluar. Otomatis terhambatlah itu jalan anak-anak yang mau keluar kelas. Alhasil, terjadi lah kehebohan.
Wira: “ Aduh itu kenapa lagi yang depan jalannya lama amat.”
Karra: [tidak sengaja mendengar keluhan Wira]
Wira: “ Deuh, bikin gue sensitif aja deh ni. Iya ga Karra? ”
Karra: [ngangguk]
Wira: “ Apalagi kalo ditanya nilai, makin sensitif deh, haha.” [muka tengil]
Karra: [menghembuskan nafas]
            Untungnya, antrian itu ga berlangsung lama. Lalu lintas jalan keluar kembali lancar. Karra dan Wira nampak berada tidak jauh. Karra pun mencoba memberanikan diri memulai sesuatu yang tanpa Karra kira bakal berdampak fatal untuk kehidupan Karra selanjutnya.
Karra: “ Ra, kenapa sih lu, ngikutin kata-kata gue mulu? Daritadi ya itu.”
Wira: “ Gue kan ngefans sama lu, Karra.” [cengar-cengir]
Karra: “ Yang ngefans sama gue banyak kali.” [bergegas pergi]
            Jujur, Karra kurang terima sama jawaban Wira itu. Bagi Karra, itu jawaban standar, jawaban aman, yang ga bisa ngejawab kegalauan Karra selama ini. Jawaban itu justru membuat Karra makin galau. Karra secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Tanpa Karra sadari, ada seseorang yang mengikuti langkah cepat Karra dan berhasil mendahului bahkan menghentikan langkah Karra.
Wira: “ Karra, besok ikut nonton ya.” [kali ini muka serius]
Karra: “ Nonton? ” [kaget]
Wira: “ Iya, besok siang abis selese kuliah.”
Karra: “ Tapi gue…” [belum selese ngomong]
Wira: “ Jangan pulang.”
Karra: “ Bukan gitu, gue ada janji  nonton juga sama temen gue di Jakarta. Jadi…” [belom selese ngomong]
Wira: “ Yah, ikut ya pokonya.” [bergegas meninggalkan Karra]
Karra: [muka cengo]
            Demi apapun. Itu Karra diajak nonton sama Wira? Ya emang nonton bareng anak-anak sih. Tapinya ya itu Wira sendiri yang ngajak Karra secara langsung. Karra spontan merasakan sensasi yang jelas beda dibanding sewaktu tadi diajak Bima sama Akbar. Sensasi itu adalah sensasi rasa kegirangan yang tiada tara. Tapi, mungkinkah Karra mengikuti ajakan Wira sementara di hari yang sama Karra harus pulang menemui sahabat nya yang sudah kepalang janji untuk nonton bareng? Sungguh itu pilihan yang sulit bagi Karra. Hari itu mungkin akan menjadi hari tergalau bagi Karra. Di sela-sela pikiran Karra yang mendadak kacau, tiba-tiba aja ada yang memanggil Karra.
Arya: “ Karraaa.”
Karra: “ Arya.”
Arya: [menghampiri Karra]
Karra: [muka masih cengo]

- to be continued -

In The Lift We First Meet (8)

Drama Queen

          Tidak terasa tiga bulan terlalui sudah. Ritual wajib perkuliahan, Ujian Tengah Semester alias UTS, pun sudah terlalui. Yang akan dan sedang dilalui adalah ritual kegalauan nilai ujian, haha. Emang dasar itu pelajaran yang maha abstrak atau emang dasar si Karra yang bener-bener ga bakat dalam hal keabstrakan, fisika. Itu nilai fisika Karra jelek banget. Dari 30 soal pilihan, cuma segelintir jawaban Karra yang bener, haha. Karra pun sampe meneteskan air mata loh gara-gara itu. Apakah Karra benar adanya Karra menangis gara-gara nilai fisika nya itu?
     Sore itu, cuaca sedikit mendung. Namun nampaknya Karra ceria-ceria aja. Sementara Fara dan Dena nampak hampir ikutan mendung juga tuh. Karra, Fara, dan Dena berjalan ke tempat yang mendadak ngetrend saat itu, Mading (majalah dinding) nilai UTS, haha. Sesampainya di sana, terlihat lah segerombolan anak-anak dengan tingkat ke-kepo-an yang tinggi. Sebaliknya, Karra yang terlihat tenang. Emang dasar mati rasa kali ya tu si Karra. Jelas-jelas, waktu UTS, Karra ga bisa ngerjain soal-soal maha abstrak itu. Sekarang malah sempet-sempetnya berharap ada petir pembawa keajaiban buat nilai fisika Karra, harapan semu, haha.
        Fara dan Dena dengan tingkat ke-kepo-an yang cukup tinggi akhirnya berusaha sekuat tenaga menerobos segerombolan orang itu ke barisan paling depan. Karra pun mengikuti aksi mereka berdua.
Fara: “ Bener berapa lu, Ra? “ [muka sedih]
Karra: “ Hm, 13 deh tadi kayanya.” [muka tanpa penyesalan]
Fara: “ Mending, gue 11.” [makin sedih]
Karra: “ Masih banyak yang lebih jelek kok, tenang-tenang.” [muka tanpa rasa bersalah]
Fara: [muka mendung]
Dena: [muka lebih mendung]
       Setelah aksi ke-kepo-an itu, mereka pun bergegas kembali ke asrama. Di tengah perjalanan kembali ke asrama, tepatnya di pinggir jalan, tiba-tiba aja, jeblak!
Mita: “ Denaaaaa.” [melambaikan tangan]
Dena: “ Eh Mitaaa.” [melambaikan tangan juga]
Wira: [muka tertutup helm, pandangan lurus ke depan]
Karra: “ Itu tadi siapa, Na, yang naek motor? Itu Wira kan yang di depan?” [penasaran]
Dena: “ Iya. Itu Wira sama cewenya, Mita.” [menjelaskan]
Karra: [muka berasa kesamber petir]
Dena: “Mita itu temen se-asrama aku, kamarnya di seberang kamar aku.” [menjelaskan]
Karra: “ Oh.” [muka stay cool]
Fara: [menyimak]
Dena: “ Lucu deh, Mita kan suka nanya-nanya soal Wira kalo di kelas gimana. Aku jawab aja Wira lucu, suka bikin ketawa, hehe. Kata Mita ya Wira emang begitu.”
Karra: [muka cengo]
Fara: [masih setia menyimak]

“ Apaaa???? Aaaa, dunia berasa sempit banget buat gue sekarang. Kenapa mesti Dena? Temen deket gue. Kenapa yang ada di deket gue mesti ikutan terlibat. Demi apapun, gue ga nyalahin mereka. Gue pun ga nyalahin cewenya Wira yang pake acara minta tolong ke si Tita segala sampe akhirnya gue tau segalanya. Gue terlalu cukup tau segalanya. Gue udah terlalu cukup tau tentang Wira dan seisinya. Yang ga gue tau adalah siapa Wira sebenarnya? Apa mungkin gue bakal tau? Gimana caranya? Gue ga punya muka yang bener. Bahkan bakal banyak muka yang gue tunjukkin di depan orang-orang. Kenapa mesti gue? Kenapa mesti Wira? Kenapa mesti Tita? Dan sekarang kenapa mesti Dena? “

*****

            Berasa beneran kesamber petir ya si Karra. Tapi nampaknya bukan petir keajaiban yang diinginkan Karra. Petir kali ini bukan petir biasa. Dalam perjalanan menuju kamar, Karra nampak lunglai dengan muka mendung yang hampir hujan. Di lorong asrama, Karra disambut dengan riuh orang-orang yang mengeluhkan nilai fisika. Karra sungguh tidak peduli dengan riuh itu dan nilai itu. Sesampainya di kamar, Karra pun langsung disambut oleh Septi dan Tita.
Septi: “ Karra, kenapa muka lu begitu? “ [heran]
Tita: “ Kenapa, Ra. Emang fisika lu bener berapa? “
Karra: “ Fisika gue jelek.” [meneteskan air mata]
Septi: “ Yaampun Karra, jangan nangis. Udah cupcup. “ [menenangkan Karra]
Tita: “ Fisika gue juga jelek kok, Ra. Tenang aja.”

“ Gue nangis gara-gara tu fisika? Ya ngga lah. Dosa apa gue mesti ngedosa begini. Jadi muka dua banget gue. Should be this a white lies for whom I sacrifice more than anyone? It’s not just a fairy tale, it’s too drama. And now, the truly drama queen is me.”

- to be continued -

Rico Onigiri @ ComDay 2012

TEASER Rico Onigiri 

@ ComDay (Communication Day) 2012



Temukan kelezatan dibalik perpaduan onigiri dan butiran jagung dalam tiga rasa : jamur, ayam, daging sapi
Rico Onigiri Lebih dari Sekedar Onigiri


ComDay @ 9-06-2012


In The Lift We First Meet (7)

NAHJONG!

         Siang itu saatnya dimulai mata kuliah yang cukup menceriakan bagi Karra dan mungkin bagi sebagian besar anak lainnya. Gimana ga ceria, mata kuliah itu ibaratnya pelajaran seni suara. Dosen pengajar mata kuliah itu emang penyanyi atau cuma obsesi jadi penyanyi ya, haha. Jadinya setiap kuliah itu selalu diawali atau ditengahi atau diakhiri dengan menyanyi bersama-sama, asik kan.
            Kali itu ruang kuliahnya pun unik. Bangku-bangku ruang kuliah itu didesain menurun dari atas ke bawah, tampak seperti aula tempat orchestra atau bioskop. Karra, Fara, dan Dena mencari tempat duduk kedua dari belakang. Mereka bertiga datang cukup awal sehingga ruangan masih tampak sepi. Karena cemilannya udah abis, jadinya mereka foto-foto deh.
            Ketika sedang asik-asiknya berfoto ria, tiba-tiba Karra dikagetkan oleh sesuatu. Di rambut Karra ada sesuatu dan sesuatu itu bergerak. Itu bukan binatang aneh atau sejenisnya. Itu pun ga ngerusak atau bikin gatel rambut Karra. Tapi itu adalah suatu yang membuat Karra merasakan keanehan dalam denyut jantung dan hembusan nafasnya. Itu adalah belaian tangan seseorang. Ada yang membelai-belai rambut Karra dari arah samping belakang. Karra pun spontan menengok ke arah itu dan ternyata, jeblak!
Karra: “ Wiiiraaaa.” [muka cengo]
Wira: [tersenyum]
Karra: “ Heh, jangan pegang-pegang rambut gue! Nanti rambut gue kotor! “ [salah tingkah]
Wira: [cengar-cengir]
            Demi apa, itu Wira abis kesambet setan apa ya. Jangan-jangan dia lagi ga sadar, mimpi, berhalusinasi atau sejenisnya yang mungkin udah bikin dia ngira kalo Karra itu cewenya. Oyaampun, kejadian itu bikin Karra galau segalau-galaunya plus bingung sebingung-bingungnya, apa sebenarnya maunya Wira tu. Namun, Karra selalu mengingatkan diri buat ga peduliin tingkah polah Wira, harus bisa kontrol perasaan, intinya harus tegar. Mungkin itu udah sikap alamiah Wira ke semua cewe. Lagian juga Wira udah punya cewe. Karra selalu inget kata-kata itu baik-baik.
            *****

            Akhirnya kelas pun semakin ramai. Seperti biasa, ga ada dosen berarti ga ada yang ga berisik. Kayanya ga ada yang ngalahin keberisikan tiga cowo berisik yang duduk di belakang Karra, Fara, dan Dena. Tiba-tiba aja, jeblak!
Kevin: “ NAHJONG! ”
Wira: “ NAHJONG! Aaah, keduluan! Nahjong-nahjong. “ [sambil ngacak-ngacak rambut Karra]
Karra: “ Jangan pegang-pegang rambut gue! Ngapain sih kalian? Berisik amat, daritadi nahjong-nahjong. ”
Kevin: “ Kita lagi main permainan gaul ni. Apa, Ra, namanya? “
Wira: “ Namanya NAHJONG! Hahahah.”
Ahmad: [ngangguk]
Karra: “ Hah? Permainan macem apa tuh? Setau gue, adanya permainan mahjong tuh bukan nahjong.” [muka kepo]
Kevin: “ Semacem SOS gitu deh. Kita bikin kotak-kotak sama milih simbol dulu, misal kaya gini ni, gue bulet, Wira bintang, Ahmad segitiga.”
Karra: “ Terus?”
Kevin: “ Simbol itu kita gambar di kotak-kotak sampe ngebentuk garis horizontal, vertical, atau diagonal dari lima simbol yang sama.”
Ahmad: “ Jangan lupa tu.”
Wira: “ Jangan lupa bilang NAHJONG! Hahahah.” [ngacak-ngacak rambut Karra lagi]
Karra: “ Wiiiraaaaa.” [mencak-mencak]
Ahmad: “ Kalo ga ngomong NAHJONG! atau keduluan lawan ngomong NAHJONG!  jadinya ga sah.” [muka serius]
Kevin: “ Mesti nulis NAHJONG! juga di kertasnya. Kalo ngomong tapi ga nulis atau nulis tapi ga ngomong ya ga sah juga.”
Karra: “ Oyaampun, permainan macem apa.” [muka cengo]
            Entah itu permainan warisan jaman dahulu kala atau permainan dari planet antah berantah atau emang permainan baru ciptaan mereka, yang jelas itu sangat cukup bikin Karra sakit perut nahan ketawa, haha.

*****

Sang dosen Pop Star pun akhirnya datang juga. Kuliah pun dimulai. Anak-anak pun nampaknya mulai tenang. Gimana ga tenang. Kalo sampe ketauan berisik, ngobrol, atau lagi ngerjain tugas mata kuliah lainnya dan sejenisnya, bakal dapet hukuman nyanyi di depan kelas. Yang bikin salut ya segelintir orang yang bernyali besar ngerjain laporan fisika, lebih tepatnya nyalin alias nyontek laporan orang lain, haha. Sepertinya, orang-orang rajin itu punya moto “berani ga berani ya harus berani”. Secara ya itu deadline laporan fisika dikumpulnya setelah selesai kuliah itu. Untungnya Karra udah selesai ngerjain laporan, tapi buku Karra ga ada, dipinjem sama si Andra. Spontan mata Karra berkeliling nyari Andra. Ternyata Andra ga ada di kelas. Karra pun segera sms Andra.
Karra: “ Ndra, lu dimana? Buku laporan gue masih di lu kan?”
Andra: “ Di Arya, Ra. Gue di kamar.”
Karra: “ Haaah? Arya mana? Ga ada di kelas juga tu anak.” [mata berkeliling nyari Arya]
Andra: “ Ini Arya di sebelah gue, lagi ngerjain juga, haha.”
Karra: “  Oke, ntar anterin kesini ya. Abis selese kuliah ini kan mau dikumpul.”
Andra: “ Oke, Ra, selow, haha.”
           
*****

            Kuliah seni suara itu pun usai. Saatnya anak-anak ngumpulin buku laporan fisika mereka ke sang penanggung jawab praktikum alias PJ praktikum, Fauzi. Karra nampak gusar karena Andra ga kunjung dateng juga. Padahal Karra udah ingetin si Andra lagi tadi. Karra pun segera menghampiri Fauzi.
Karra: “ Zi, tungguin gue ya. Buku gue masih di Andra, terus Andra nya ga dateng kuliah. Jadi mau dianter ke sini bukunya. Tungguin bentar ya, plis.”
Fauzi: “ Bilang ke Wira ya.”
Karra: “ Lah, kenapa Wira? PJ nya kan lu, zi.”
Fauzi: “ Tapi kan Wira yang nganterin gue ke lab, ra, pake motornya. Lagian lu tega ngebiarin gue bawa buku sebanyak ini sendirian plus jalan kaki? ”
Karra: “ Iya, zi, gue ngerti, sori. Wira mana? “
Wira: “ Ehem.” [sedaritadi di sekitar situ ternyata]
Karra: “ Ra, kan buku gue di Andra terus Andra nya ga masuk terus…” [belum selesai ngomong]
Wira: “ Wah, ga bisa, ra. Abis ini kan masih ada kuliah lagi. Buang-buang waktu itu. Time is money.” [muka tengil]
Karra: “ Tapi kan, ra. “ [muka memelas]
Wira: “ Buruan sms Andra. Gue tunggu di parkiran bawah ya.” [muka baik]
Karra: “ Oke, asik, makasih, ra. Nitip buku gue ya.” [muka girang]
Wira: “ Apaan nitip-nitip. Ga bisa, yang bersangkutan harus ikut.” [muka tengil lagi]
Karra: “ Hah? Maksudnya? “ [muka cengo]
Wira: “ Lu ga ikut ke bawah ya ga gue kumpulin buku lu.” [bergegas pergi ke bawah diikuti Fauzi]
Fauzi: [cengar-cengir]
Karra: “ Yah, ra, Wira! Tunggu! ” [ikut bergegas mengikuti Wira dan Fauzi]
Fara: “ Eh, Karra, mau kemana? “
Dena: “ Ga mau bareng ke kelas? ”
Karra: “ Bentar, gue ada urusan.”
Fara dan Dena: [mengikuti Karra]

*****

            Emang dasar tu si Wira. Ada-ada aja yang bisa dia lakuin buat bikin Karra kesel, yang ujung-ujungnya bikin Karra galau. Karra secepat mungkin nyusul Wira dan Fauzi ke bawah sambil memutuskan menelepon Andra.
Karra: “ Ndra, lu dimana? Buruan ke parkiran bawah sekarang.”
Andra: “ Oke, sip, bentar ya.”
Karra: “ Duh ga pake bentar-bentar deh, keburu ditinggal.”
Andra: “ Oke, oke.”
            Fara dan Dena pun ternyata ikut menyusul Karra. Ga nyangka itu Wira jalannya cepet banget atau emang sengaja dicepetin, sampe-sampe Karra jalan hampir lari. Wira nampak hampir mendekati parkiran tanpa peduli keberadaan Karra di belakangnya. Tanpa berpikir panjang, Karra pun melakukan hal bodoh yang mungkin terbodoh.
Karra: “ Wiiraa tunggu, cepet amat sih lu jalannya.” [menarik lengan baju Wira]
Wira: [berbalik dan menatap Karra]
Karra: [kaget, speechless, buang mata]
Wira: “ Udah bilang Andra kan?”
Karra: [ngangguk]
            Emang dasar teledor si Karra, ga mikir-mikir dulu malah maen narik baju Wira aja. Alhasil, muka Karra jadi ga bener kan. Lagipula, mana bisa Karra bermuka bener di depan Wira, yang ada malah bermuka dua, sedihnya. Beberapa menit kemudian, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Andra.

- to be continued -

Other Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

About Me

Followers