Elektroda Positif
Malam itu suasana cukup hening. Kamar Karra
dan Septi masih nampak seperti sedia kala, indah, bersih, rapih, dan mewangi. Di
meja belajar berpelitur cokelat kekuningan, Karra dan Septi sedang asyik
membuat raker alias rancangan kerja untuk praktikum besok. Obrolan santai
selagi beraker-raker ria pun dimulai
Septi:
“ Besok praktikum lu yang mana, Ra? “
Karra:
“ Tau nih gaje, elektroda-elektroda begitu. Lu udah belum yang ini? “
Septi:
“ Belum, tuh. Besok gue yang uji-uji senyawa organik gitu.”
Karra:
“ Hoh. Kita beda ruang praktikum sih ya.”
Septi:
“ Iya, ruangan lu aspraknya enak-enak, nah gue? Ngasih soal kuis susah-susah
bener. ”
Karra:
“ Ahahah, tapi asprak di gue suka ga jelas ngejelasin materi praktikumnya, sama
aja. ”
Septi:
“ Iya sih, ga ada yang bener, haha. “
Karra:
“ Eh, Sep. Kalo kita kan udah jelas-jelas ga sekelas lagi ya bulan depan. Lu
uda tau temen-temen sekelas lu nanti
siapa aja? ”
Septi:
“ Tau sih beberapa, nama-namanya, dari absen, haha.”
Karra:
“ Hoh, liat di absen ya.”
Septi:
“ Lagian juga yang seruang praktikum sama lu itu kemungkinan ya nanti
temen-temen sekelas lu, Ra. Tanyain aja satu-satu mereka kelas apa, haha. “
Karra:
“ Hoh begitu ya. “
Septi:
“ Kenapa sih emangnya, Ra? Tiba-tiba lu ngomongin begituan. “
Karra:
“ Ga kenapa-kenapa sih. Cuma pengen tau duluan aja temen-temen sekelas gue
nanti yang mana aja, hehe. “
Septi:
“ Hoh gitu. Hoaaaaam. “ [ngantuk]
Malam semakin larut, rasa kantuk Karra
dan Septi mulai mengalahkan keasyikan beraker-raker ria. Raker Septi sih udah
selesai, tapi Karra? Belum. Akhirnya mereka berdua pun tertidur lelap di
kerajaan tidur masing-masing. Raker Karra? Sepertinya akan dilanjutkan besok
pagi. Karra dan Septi sama-sama menempati tempat tidur atas. Kamar itu cukup
lumayan ga sempit sih untuk empat orang, berisi dua tempat tidur tingkat dengan
empat meja belajar serta empat lemari pakaian. Sementara, kamar itu masih
terisi tiga orang yaitu Karra, Septi, dan satu orang lagi yang sepertinya tidak
berminat menghabiskan hari-harinya di asrama. Lalu, siapakah satu orang lagi penghuni
berikutnya? Akan terjawab bulan depan.
*****
Keesokan paginya, seperti biasa, lagi-lagi Septi bangun lebih pagi. Karra? Jangan ditanya lagi ya. Padahal raker
Karra belum selesai loh semalem. Tapi gatau ada angin apa pagi itu, Karra
tiba-tiba bangun, terus ngelanjutin rakernya deh, what a nice girl. Mulai
praktikum juga masih lumayan lama sih, ga pagi-pagi buta juga, jadi Karra bisa
sedikit santai lah. Dalam hitungan menit, raker Karra pun selesai dan Septi
nampaknya sudah segar bugar setelah mandi. Giliran Karra yang mandi dan
siap-siap berangkat ke tempat praktikum deh bareng Septi.
Setibanya di depan ruang praktikum,
seperti biasa pelataran tempat-tempat duduk di depan ruang praktikum udah penuh
aja sama orang-orang yang terlihat canggih bener pada buka-buka buku, eh
baca-baca deh itu. Yaiyalah, secara sebelum mulai praktikum kan dikasih kuis
dulu sama asisten praktikumnya. Apa si Karra udah belajar buat kuis tu semalem?
Kalo si Septi sih kayaknya udah. Liat aja lah ya nanti gimana nasib Karra,
haha.
Asisten Praktikum nampaknya sudah
berdatangan dan mulai mengabsen orang-orang itu satu per satu sebelum memasuki
ruang praktikum. Karra dan Septi pun berpisah. Secara ya ruang praktikum mereka
juga beda.
Kak
Asprak: “ Rahma Andini Putri! “
Rahma:
“ Iya Kak, saya-saya.”
Kak
Asprak: “ Arya Pratama! “
Arya:
[Diem, ngangkat tangan, langsung masuk]
Kak
Asprak: “ Wiratama Putra Ditya! “
Wira:
“ Hadir, Kak, hehe. “
Kak
Asprak: “ Safita Ranaya! “
Safi:
“ Iya Kak.”
Kak
Asprak: “ Anugrah Akbar! “
Akbar:
“ Sip, Kak. “
Kak
Asprak: “ Bima Anggara! “
Bima:
“ Oke, Kak. “
Kak
Asprak: “ Hania Zahira! “
Hani:
“ Iya Kak.”
Kak
Asprak: “ Karra Zweta Airin! “
Karra:
“ Saya, Kak. “
Ritual mengabsen itu pun terus
berlanjut sampai berpuluh-puluh orang itu terabsen dan semua sudah memasuki
ruang praktikum. Karra memperhatikan satu per satu dari mereka yang kemungkinan
bakal sekelas lagi. Perhatian pertama Karra pun langsung tertuju ke siapa lagi
kalo bukan The King of Norak itu yang kemudian tiba-tiba tertuju ke sesosok
cowo yang sok cool banget sih itu, Arya. Apa mungkin si Karra and The King of
Norak itu bakalan sekelas lagi nanti? Dan bagaimana pula dengan si cowo sok
cool itu? Akan terjawab bulan depan.
Ritual mengabsen pun selesai.
Selanjutnya, ritual satu lagi sebelum praktikum dimulai, ritual kuis. Ternyata
Karra uda lumayan sambil belajar loh waktu ngerjain raker semalem, what a nice
girl. Jadinya ya itu soal-soal kuis berasa susah-susah gampang lah buat Karra,
haha. Ritual praktikum yang utama pun dimulai. Orang-orang dalam ruangan itu
dibagi dalam beberapa kelompok. Untungnya si Karra ga sekelompok sama The King
of Norak itu, tapi meja kelompok mereka berseberangan. Posisi duduk Karra kali
itu juga ga mendukung banget. Karra duduk paling pinggir dan di seberangnya pas
banget duduklah si The King of Norak itu. Kalo begitu ceritanya bisa-bisa ga
sengaja saling tatap-tatapan lagi mereka, yaelah. Tapi untungnya lagi, di
sepanjang meja-meja praktikum ada rak-rak tempat alat-alat dan bahan-bahan
praktikum gitu. Lumayan lah ya buat penghalang kalo-kalo ketidaksengajaan
tatap-tatapan mereka berdua terjadi lagi.
Menit demi menit berlalu. Praktikum
berjalan mulus-mulus saja sedaritadi. Namun, tidak demikian dengan Karra yang
nampak asik mengutak-atik elektroda-elektroda karbon dalam larutan dan dengan
seriusnya memperhatikan nyala lampu-lampu dan gelembung-gelembung kecil yang
dihasilkan. Tiba-tiba terjadi sesuatu. Larutan dalam labu erlenmeyer nya ga
cukup. Jadinya ujung elektroda karbon itu ga bisa nyentuh larutan deh. Mana
bisa ngamatin nyala lampunya kalo begitu ceritanya. Secara, larutan itu yang
bikin elektroda karbonnya bisa nyalain lampu.
Karra:
“ Yaaaaah, larutannya abis. Ada sisa larutan ini lagi ga kak? “
Kak
Asprak: “ Sebentar ya. Coba kakak cari dulu disana. “
Sambil menunggu, Karra duduk
termangu sambil tetap memegangi labu erlenmeyer berisi larutan seperempat penuh
itu. Ternyata ya, sedaritadi Karra tu ga sendirian. Di sebelah Karra berdiri
seorang cowo yang sedaritadi memperhatikan dengan seksama prosesi celup nyala
celup nyala itu. Karena sedaritadi Karra duduk dan tu cowo berdiri dan notabenenya
itu cowo tinggi, ya otomatis Karra ga nyadar keberadaan tu cowo. Karra juga
lagi sibuk kan ngurusin elektroda-elektrodanya. Jadinya Karra baru sadar
sekarang dan tiba-tiba, jeblak! Ada sesosok telapak tangan yang tiba-tiba
memegangi ujung labu erlenmeyer Karra.
Wira:
[memiringkan labu erlenmeyer sampe elektroda karbonnya bisa tercelup ke
larutan]
Karra:
[melepas labu Erlenmeyer nya lalu mendongakkan kepala ke atas dengan muka
cengo]
Wira:
“ Sip, nyala. “
Karra:
[ngangguk-ngangguk dengan muka tetap cengo]
Wira:
“ Ini uda bisa kok, Kak. “
Oyaampun, apa emang dasar si Karra
yang agak-agak sampe-sampe ga kepikiran cara kayak begitu atau emang dasar si
The King of Norak itu yang ternyata walaupun norak tapi canggih juga
rupa-rupanya. Dan sekarang keliatannya muka Karra yang sedaritadi masih cengo
tiba-tiba berubah jadi malu gitu, haha. Karra pun bergumam dalam hati.
“ Lagi-lagi si cowo norak
ini. Ga ada kerjaan apa dia, maen-maen ke kelompok orang. Eh tapi bukan salah
dia juga sih. Emang sama kakaknya disuruh perhatiin kelompok lain kok, karena
kan bagi-bagi tugas, jadinya tiap kelompok beda. Tapi ya tetep aja kenapa mesti
cowo norak ini. Yaudah lah, peduli amat deh, bukan urusan gue juga. Hmmm. Tapi
tadi pas ngedongakin kepala ke atas terus nyadar itu dia, kok gue ngerasa…???
Ada yang aneh. Kok gue deg-degan ya. Apa mungkiiiin? Perasaan gue dari kemarin
itu ternyata positif se positif nyala lampu elektroda ini? Gue positif suka
sama Wira??? “
Mungkin Karra ga abis pikir sama apa yang
akhir-akhir ini dia alamin semenjak menginjakkan kaki di kampus hijau nan
permai itu. Si The King of Norak itu kali ini mulai menganggu pikiran Karra.
Masa iya Karra suka sama itu cowo norak, kenal pun enggak. Karra juga gatau tu
cowo asalnya darimana, jurusan apa, hobinya apa, cita-cita nya apa, uda punya
pacar apa belum, uda punya anak apa belum, ga kenal deh intinya, cuma sekedar
tau nama. Seketika Karra jadi penasaran, mulai deh penyakit penasaran Karra
kambuh.
- to be continued -