Buta
Malam itu nampaknya ga seperti malam-malam
biasanya. Sepinya kamar Karra dan Septi diramaikan oleh cewe-cewe dari kamar
lain yang ceritanya mau silaturahmi sekalian bergosip. Di antara cewe-cewe itu
terlihatlah sosok Rahma yang kayaknya emang up to date banget masalah gossip.
Selain temen sekelas Karra dan Septi, Rahma juga tetangga kamar Karra dan
Septi, sering ketemu jadinya. Bedanya nanti, Karra bakal sekelas lagi sama
Rahma tapi sama Septi engga.
Rahma:
“ Ra, emang ada PR buat besok? “
Karra:
“ Ah engga perasaan. Iya kan Sep? Itu kata siapa, Ma? “
Rahma:
“ Ini kata si Bima. “
Septi:
“ Iya, ga ada kok perasaan. “
Karra:
“ Eh cie, sms-an sama si Bima lu, Ma, haha.”
Rahma:
“ Kenapa emang? Karra cemburu ya, haha.”
Karra:
“ Eh apaan. Enggak ya.”
Septi:
“ Eh cie cie jadi ngaco begini. Bima yang mana sih? “
Karra:
“ Makanya se-praktikum dong Sep sama kita, haha. “
Septi:
“ Iya deh yang samaan, huhu.”
Rahma:
“ Haha, kalo Karra ga cemburu sama Bima, berarti cemburunya sama siapa dong? haha.”
Karra:
“ Ya ga sama siapa-siapa lah, Ma.”
Rahma:
“ Yah, hm, sama Akbar aja deh ya, haha.”
Karra:
“ Eh apa deh, Ma, tambah ngaco.”
Rahma:
“ Hm, siapa lagi ya, Wira? Eh tapi udah punya cewe si Wira.”
Septi:
“ Ga tau gue mereka-mereka itu. Gue dukung-dukung aja deh, Ra, haha.”
Jeblak! Tuh kan, Wira udah punya
cewe. Karra jadi galau deh, mikir-mikir dua kali masalah perasaan positif dia.
Sepertinya Karra mau belajar nahan perasaan dan rasa penasarannya deh. Suka
sama cowo yang udah punya cewe itu bakal resiko banget. Apa Karra bisa? Bisa ga
jadi suka maksudnya.
*****
Keesokan paginya, seperti biasa
dimulai lagi ritual kuliah. Kali ini ruang kuliahnya cukup sangat terjangkau,
ga perlu naik bis, ga perlu jalan kaki jauh, dan ga perlu dikejar-kejar anjing
juga. Waktu udah jam delapan teng, dosennya pun on time, canggih. Karra dan
Septi kali ini duduk di barisan agak depan. Awal suasana kuliah itu nampak
hening tapi rupanya ga sehening pikiran Karra. Karra terlihat gusar
memandang-mandang sekeliling kelas, ke depan, ke belakang. Apa sih yang dicari
si Karra? Apa lagi kalo bukan, eh siapa lagi kalo bukan si The King of Norak
itu. Itu cowo ga dateng kuliah atau emang bakal dateng, telat.
Eh rupa-rupanya bener. The King of
Norak dateng telat. Otomatis rona-rona muka si Karra udah ga gusar lagi dong,
haha. Tapi ada apa coba sama Karra? Kenapa juga dia mesti gusar gitu gara-gara
The King of Norak itu?
“ Kenapa ya ini gue aneh
pagi-pagi. Dari awal masuk ini ruangan, yang gue cari langsung si Wira. Jadi ga
tenang gitu gue nunggu Wira ga dateng-dateng. Pas udah dateng, baru gue tenang.
Kenapa oh kenapa ini oh? “
Kuliah pun usai sudah dan ternyata
sedaritadi kertas absen belum beredar. Oyaampun, mulai deh ritual tambahan,
berebutan ngisi absen. Otomatis itu orang-orang berdesak-desakan berebut ngisi
absen, kenapa ga bisa ngantri sih itu orang-orang, heran. Karra pun ternyata
tergolong gerombolan anti-ngantri itu. Tanpa sadar, di depan Karra pas giliran
Wira ngisi absen. Jadinya keliatan lah itu nama lengkap, alamat, NRP (semacam
nomor induk mahasiswa), plus kelas Wira. Jeng jeng, Wira sekelas sama Karra lagi
tu nanti ternyata, haha.
“ Apaaaa? Sekelas lagi?
Oyaampun, kejamnya dunia. Gimana bisa ini gimana bisa. Gue ga mau suka, ga jadi
suka, ga suka pokonya ga mau, ga mau suka sama Wiraaaaa.”
*****
The
month is coming! Saatnya MABA (Mahasiswa/mahasiswi baru) SNMPTN tiba. Kok bisa
ada MABA lagi? Jadi begini, sistem kampus hijau nan permai itu memang agak
beda. MABA diterima lewat jalur yang beda-beda. Karra, Septi, dkk diterima
lewat jalur undangan, semacam PMDK gitu. Ada juga yang diterima lewat jalur
SNMPTN. Nanti ada juga yang diterima lewat jalur mandiri gitu, yang bakal masuk
bareng MABA SNMPTN juga. Nah, MABA yang
masuk jalur undangan itu mulai kuliah duluan. Selama sebulan, mereka belajar
satu matakuliah SMA. Kok SMA? Di kampus hijau nan permai itu memang menerapkan sistem
seperti itu. Selama semester I dan II nanti semua mahasiswa belajar lagi
pelajaran-pelajaran SMA, tapi agak beda sama pelajaran waktu SMA dulu, jadi
semacam SMA lanjut gitu deh. Nah nanti mulai semester III, baru deh mereka
dipisah sesuai dengan fakultas mereka masing-masing. Satu lagi, selama satu
tahun (berarti selama semester I dan II) para MABA diwajibkan tinggal di
asrama. Seperti itulah kira-kira.
Dengan hadirnya MABA SNMPTN dan MABA
jalur mandiri, berarti kamar Karra dan Septi bakal kedatangan penghuni baru.
Pagi itu, Karra dan Septi sedang asik bersenda gurau di kamar mereka. Secara
kuliah sebulan mereka usai sudah, ya jadinya mereka free pagi itu. Tiba-tiba
suara ketukan pintu menghentikan senda gurau mereka. Septi pun segera
membukakan pintu.
Tita:
“ Assalamualaikum. Hai. “
Karra
dan Septi: “ Waalaikumsalam. “
Tita:
“ Salam kenal, gue Astita Saranadya. Panggil aja Tita, hehe. “
Karra:
“Akhirnya datang juga, haha. Salam kenal juga. Gue Karra Zweta Airin. Panggil
aja Karra ya, hehe. “
Tita:
“ Oke, hehe.”
Septi:
“ Gue Septia Inggrida. Panggil aja Septi. Oia lu orang mana, ta? “
Tita:
“ Oke. Gue orang sini kok, hehe. “
Septi:
“ Sama dong kayak gue berarti, haha. “
Karra:
“ Yah, gue beda sendiri dong. “
Tita:
“ Emang lu dari mana, Ra? “
Karra:
“ Dari Jakarta sih, hehe. “
Tita:
“ Itu mah deket atuh. Mau pulang juga gampang, hehe. “
Septi:
“ Si Karra mah emang kerjaannya pulang mulu, haha. “
Karra:
“ Ahahaha. “
Obrolan singkat itu akhirnya ditutup
dengan dimulainya acara beres-beres kamar. Karena tempat tidur Karra dan Septi
di atas, jadinya tempat tidur Tita yang di bawah deh.
*****
Malam itu lagi-lagi ga seperti
malam-malam sebelumnya yang terbilang sepi. Dengan adanya Tita, suasana kamar
Karra dan Septi jadi lebih hidup. Kehadiran orang-orang baru di kamar lain juga
membuat suasana asrama jadi lebih hidup. Sambil duduk melingkar di tengah-tengah
kamar, Karra, Septi dan Tita nampak asik bercengkrama, bersenda gurau hingga
bergosip ria. Obrolan semakin seru ketika mereka masing-masing menunjukkan Buta
alias Buku Tahunan SMA mereka dan saling bertukar melihat-lihat Buta itu. Karra
megang Buta nya Tita, Septi megang Buta nya Karra, sementara Tita megang Buta nya
Septi. Lalu, apa yang bikin semakin seru ya? Karena tiba-tiba, jeblak! Muka
Karra berubah jadi kaget sekaget-kagetnya. Itu di Buta nya Tita ada si The King
of Norak? Sambil melihat-lihat Buta, obrolan pun berlanjut.
Tita:
“ Ngomong-ngomong, kalian dapet kelas apa nanti? Gue di Y-a. ”
Karra:
“ Gue di Y-b.”
Septi:
“ Gue X-b. Eh berarti nanti kalian sekelas besar dong, Ra, Ta. “
Tita:
“ Sekelas besar? “
Septi:
“ Iya nanti bakal ada kuliah kelas besar. Jadi kayak kalian tu kelas Y-a sama
Y-b digabung. Gue juga nanti sama kelas X-a berarti. “
Karra:
“ Kuliah kelas kecil juga ada. Itu yang sekelas sama lu di Y-b, Ta. “
Tita
: “ Oh gitu, kita bisa berangkat bareng
dong, Ra.”
Karra:
“ Iya, tapi ga bisa bareng Septi lagi, huhu. “
Septi:
“ Iya Ra, kali ini kita berpisah, huhu. “
Tita:
“ Cup cup cup. “
Malam semakin larut. Mereka pun
pergi tidur karena besok perkuliahan semester pertama akan dimulai. Dengan
hadirnya Tita, apakah Karra akan tetap jadi ter-bangun paling terakhir?
- to be continued -