In The Lift, We First Meet (2)


Elektroda Positif


Malam itu suasana cukup hening. Kamar Karra dan Septi masih nampak seperti sedia kala, indah, bersih, rapih, dan mewangi. Di meja belajar berpelitur cokelat kekuningan, Karra dan Septi sedang asyik membuat raker alias rancangan kerja untuk praktikum besok. Obrolan santai selagi beraker-raker ria pun dimulai
Septi: “ Besok praktikum lu yang mana, Ra? “
Karra: “ Tau nih gaje, elektroda-elektroda begitu. Lu udah belum yang ini? “
Septi: “ Belum, tuh. Besok gue yang uji-uji senyawa organik gitu.”
Karra: “ Hoh. Kita beda ruang praktikum sih ya.”
Septi: “ Iya, ruangan lu aspraknya enak-enak, nah gue? Ngasih soal kuis susah-susah bener. ”
Karra: “ Ahahah, tapi asprak di gue suka ga jelas ngejelasin materi praktikumnya, sama aja. ”
Septi: “ Iya sih, ga ada yang bener, haha. “
Karra: “ Eh, Sep. Kalo kita kan udah jelas-jelas ga sekelas lagi ya bulan depan. Lu uda tau temen-temen sekelas lu  nanti siapa aja? ”
Septi: “ Tau sih beberapa, nama-namanya, dari absen, haha.”
Karra: “ Hoh, liat di absen ya.”
Septi: “ Lagian juga yang seruang praktikum sama lu itu kemungkinan ya nanti temen-temen sekelas lu, Ra. Tanyain aja satu-satu mereka kelas apa, haha. “
Karra: “ Hoh begitu ya. “
Septi: “ Kenapa sih emangnya, Ra? Tiba-tiba lu ngomongin begituan. “
Karra: “ Ga kenapa-kenapa sih. Cuma pengen tau duluan aja temen-temen sekelas gue nanti yang mana aja, hehe. “
Septi: “ Hoh gitu. Hoaaaaam. “ [ngantuk]
            Malam semakin larut, rasa kantuk Karra dan Septi mulai mengalahkan keasyikan beraker-raker ria. Raker Septi sih udah selesai, tapi Karra? Belum. Akhirnya mereka berdua pun tertidur lelap di kerajaan tidur masing-masing. Raker Karra? Sepertinya akan dilanjutkan besok pagi. Karra dan Septi sama-sama menempati tempat tidur atas. Kamar itu cukup lumayan ga sempit sih untuk empat orang, berisi dua tempat tidur tingkat dengan empat meja belajar serta empat lemari pakaian. Sementara, kamar itu masih terisi tiga orang yaitu Karra, Septi, dan satu orang lagi yang sepertinya tidak berminat menghabiskan hari-harinya di asrama. Lalu, siapakah satu orang lagi penghuni berikutnya? Akan terjawab bulan depan.

*****

            Keesokan paginya, seperti biasa, lagi-lagi Septi bangun lebih pagi. Karra? Jangan ditanya lagi ya. Padahal raker Karra belum selesai loh semalem. Tapi gatau ada angin apa pagi itu, Karra tiba-tiba bangun, terus ngelanjutin rakernya deh, what a nice girl. Mulai praktikum juga masih lumayan lama sih, ga pagi-pagi buta juga, jadi Karra bisa sedikit santai lah. Dalam hitungan menit, raker Karra pun selesai dan Septi nampaknya sudah segar bugar setelah mandi. Giliran Karra yang mandi dan siap-siap berangkat ke tempat praktikum deh bareng Septi.
            Setibanya di depan ruang praktikum, seperti biasa pelataran tempat-tempat duduk di depan ruang praktikum udah penuh aja sama orang-orang yang terlihat canggih bener pada buka-buka buku, eh baca-baca deh itu. Yaiyalah, secara sebelum mulai praktikum kan dikasih kuis dulu sama asisten praktikumnya. Apa si Karra udah belajar buat kuis tu semalem? Kalo si Septi sih kayaknya udah. Liat aja lah ya nanti gimana nasib Karra, haha.
            Asisten Praktikum nampaknya sudah berdatangan dan mulai mengabsen orang-orang itu satu per satu sebelum memasuki ruang praktikum. Karra dan Septi pun berpisah. Secara ya ruang praktikum mereka juga beda.
Kak Asprak: “ Rahma Andini Putri! “
Rahma: “ Iya Kak, saya-saya.”
Kak Asprak: “ Arya Pratama! “
Arya: [Diem, ngangkat tangan, langsung masuk]
Kak Asprak: “ Wiratama Putra Ditya! “
Wira: “ Hadir, Kak, hehe. “
Kak Asprak: “ Safita Ranaya! “
Safi: “ Iya Kak.”
Kak Asprak: “ Anugrah Akbar! “
Akbar: “ Sip, Kak. “
Kak Asprak: “ Bima Anggara! “
Bima: “ Oke, Kak. “
Kak Asprak: “ Hania Zahira! “
Hani: “ Iya Kak.”
Kak Asprak: “ Karra Zweta Airin! “
Karra: “ Saya, Kak. “
            Ritual mengabsen itu pun terus berlanjut sampai berpuluh-puluh orang itu terabsen dan semua sudah memasuki ruang praktikum. Karra memperhatikan satu per satu dari mereka yang kemungkinan bakal sekelas lagi. Perhatian pertama Karra pun langsung tertuju ke siapa lagi kalo bukan The King of Norak itu yang kemudian tiba-tiba tertuju ke sesosok cowo yang sok cool banget sih itu, Arya. Apa mungkin si Karra and The King of Norak itu bakalan sekelas lagi nanti? Dan bagaimana pula dengan si cowo sok cool itu? Akan terjawab bulan depan.
            Ritual mengabsen pun selesai. Selanjutnya, ritual satu lagi sebelum praktikum dimulai, ritual kuis. Ternyata Karra uda lumayan sambil belajar loh waktu ngerjain raker semalem, what a nice girl. Jadinya ya itu soal-soal kuis berasa susah-susah gampang lah buat Karra, haha. Ritual praktikum yang utama pun dimulai. Orang-orang dalam ruangan itu dibagi dalam beberapa kelompok. Untungnya si Karra ga sekelompok sama The King of Norak itu, tapi meja kelompok mereka berseberangan. Posisi duduk Karra kali itu juga ga mendukung banget. Karra duduk paling pinggir dan di seberangnya pas banget duduklah si The King of Norak itu. Kalo begitu ceritanya bisa-bisa ga sengaja saling tatap-tatapan lagi mereka, yaelah. Tapi untungnya lagi, di sepanjang meja-meja praktikum ada rak-rak tempat alat-alat dan bahan-bahan praktikum gitu. Lumayan lah ya buat penghalang kalo-kalo ketidaksengajaan tatap-tatapan mereka berdua terjadi lagi.
            Menit demi menit berlalu. Praktikum berjalan mulus-mulus saja sedaritadi. Namun, tidak demikian dengan Karra yang nampak asik mengutak-atik elektroda-elektroda karbon dalam larutan dan dengan seriusnya memperhatikan nyala lampu-lampu dan gelembung-gelembung kecil yang dihasilkan. Tiba-tiba terjadi sesuatu. Larutan dalam labu erlenmeyer nya ga cukup. Jadinya ujung elektroda karbon itu ga bisa nyentuh larutan deh. Mana bisa ngamatin nyala lampunya kalo begitu ceritanya. Secara, larutan itu yang bikin elektroda karbonnya bisa nyalain lampu.
Karra: “ Yaaaaah, larutannya abis. Ada sisa larutan ini lagi ga kak? “
Kak Asprak: “ Sebentar ya. Coba kakak cari dulu disana. “
            Sambil menunggu, Karra duduk termangu sambil tetap memegangi labu erlenmeyer berisi larutan seperempat penuh itu. Ternyata ya, sedaritadi Karra tu ga sendirian. Di sebelah Karra berdiri seorang cowo yang sedaritadi memperhatikan dengan seksama prosesi celup nyala celup nyala itu. Karena sedaritadi Karra duduk dan tu cowo berdiri dan notabenenya itu cowo tinggi, ya otomatis Karra ga nyadar keberadaan tu cowo. Karra juga lagi sibuk kan ngurusin elektroda-elektrodanya. Jadinya Karra baru sadar sekarang dan tiba-tiba, jeblak! Ada sesosok telapak tangan yang tiba-tiba memegangi ujung labu erlenmeyer Karra.
Wira: [memiringkan labu erlenmeyer sampe elektroda karbonnya bisa tercelup ke larutan]
Karra: [melepas labu Erlenmeyer nya lalu mendongakkan kepala ke atas dengan muka cengo]
Wira: “ Sip, nyala. “
Karra: [ngangguk-ngangguk dengan muka tetap cengo]
Wira: “ Ini uda bisa kok, Kak. “
            Oyaampun, apa emang dasar si Karra yang agak-agak sampe-sampe ga kepikiran cara kayak begitu atau emang dasar si The King of Norak itu yang ternyata walaupun norak tapi canggih juga rupa-rupanya. Dan sekarang keliatannya muka Karra yang sedaritadi masih cengo tiba-tiba berubah jadi malu gitu, haha. Karra pun bergumam dalam hati.

“ Lagi-lagi si cowo norak ini. Ga ada kerjaan apa dia, maen-maen ke kelompok orang. Eh tapi bukan salah dia juga sih. Emang sama kakaknya disuruh perhatiin kelompok lain kok, karena kan bagi-bagi tugas, jadinya tiap kelompok beda. Tapi ya tetep aja kenapa mesti cowo norak ini. Yaudah lah, peduli amat deh, bukan urusan gue juga. Hmmm. Tapi tadi pas ngedongakin kepala ke atas terus nyadar itu dia, kok gue ngerasa…??? Ada yang aneh. Kok gue deg-degan ya. Apa mungkiiiin? Perasaan gue dari kemarin itu ternyata positif se positif nyala lampu elektroda ini? Gue positif suka sama Wira??? “

Mungkin Karra ga abis pikir sama apa yang akhir-akhir ini dia alamin semenjak menginjakkan kaki di kampus hijau nan permai itu. Si The King of Norak itu kali ini mulai menganggu pikiran Karra. Masa iya Karra suka sama itu cowo norak, kenal pun enggak. Karra juga gatau tu cowo asalnya darimana, jurusan apa, hobinya apa, cita-cita nya apa, uda punya pacar apa belum, uda punya anak apa belum, ga kenal deh intinya, cuma sekedar tau nama. Seketika Karra jadi penasaran, mulai deh penyakit penasaran Karra kambuh. 


- to be continued -

Leave a Reply

Other Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

About Me

Followers