In The Lift, We First Meet (3)


Buta


            Malam itu nampaknya ga seperti malam-malam biasanya. Sepinya kamar Karra dan Septi diramaikan oleh cewe-cewe dari kamar lain yang ceritanya mau silaturahmi sekalian bergosip. Di antara cewe-cewe itu terlihatlah sosok Rahma yang kayaknya emang up to date banget masalah gossip. Selain temen sekelas Karra dan Septi, Rahma juga tetangga kamar Karra dan Septi, sering ketemu jadinya. Bedanya nanti, Karra bakal sekelas lagi sama Rahma tapi sama Septi engga.
Rahma: “ Ra, emang ada PR buat besok? “
Karra: “ Ah engga perasaan. Iya kan Sep? Itu kata siapa, Ma? “
Rahma: “ Ini kata si Bima. “
Septi: “ Iya, ga ada kok perasaan. “
Karra: “ Eh cie, sms-an sama si Bima lu, Ma, haha.”
Rahma: “ Kenapa emang? Karra cemburu ya, haha.”
Karra: “ Eh apaan. Enggak ya.”
Septi: “ Eh cie cie jadi ngaco begini. Bima yang mana sih? “
Karra: “ Makanya se-praktikum dong Sep sama kita, haha. “
Septi: “ Iya deh yang samaan, huhu.”
Rahma: “ Haha, kalo Karra ga cemburu sama Bima, berarti cemburunya sama siapa dong? haha.”
Karra: “ Ya ga sama siapa-siapa lah, Ma.”
Rahma: “ Yah, hm, sama Akbar aja deh ya, haha.”
Karra: “ Eh apa deh, Ma, tambah ngaco.”
Rahma: “ Hm, siapa lagi ya, Wira? Eh tapi udah punya cewe si Wira.”
Septi: “ Ga tau gue mereka-mereka itu. Gue dukung-dukung aja deh, Ra, haha.”
            Jeblak! Tuh kan, Wira udah punya cewe. Karra jadi galau deh, mikir-mikir dua kali masalah perasaan positif dia. Sepertinya Karra mau belajar nahan perasaan dan rasa penasarannya deh. Suka sama cowo yang udah punya cewe itu bakal resiko banget. Apa Karra bisa? Bisa ga jadi suka maksudnya.

*****

            Keesokan paginya, seperti biasa dimulai lagi ritual kuliah. Kali ini ruang kuliahnya cukup sangat terjangkau, ga perlu naik bis, ga perlu jalan kaki jauh, dan ga perlu dikejar-kejar anjing juga. Waktu udah jam delapan teng, dosennya pun on time, canggih. Karra dan Septi kali ini duduk di barisan agak depan. Awal suasana kuliah itu nampak hening tapi rupanya ga sehening pikiran Karra. Karra terlihat gusar memandang-mandang sekeliling kelas, ke depan, ke belakang. Apa sih yang dicari si Karra? Apa lagi kalo bukan, eh siapa lagi kalo bukan si The King of Norak itu. Itu cowo ga dateng kuliah atau emang bakal dateng, telat.
            Eh rupa-rupanya bener. The King of Norak dateng telat. Otomatis rona-rona muka si Karra udah ga gusar lagi dong, haha. Tapi ada apa coba sama Karra? Kenapa juga dia mesti gusar gitu gara-gara The King of Norak itu?

“ Kenapa ya ini gue aneh pagi-pagi. Dari awal masuk ini ruangan, yang gue cari langsung si Wira. Jadi ga tenang gitu gue nunggu Wira ga dateng-dateng. Pas udah dateng, baru gue tenang. Kenapa oh kenapa ini oh? “

            Kuliah pun usai sudah dan ternyata sedaritadi kertas absen belum beredar. Oyaampun, mulai deh ritual tambahan, berebutan ngisi absen. Otomatis itu orang-orang berdesak-desakan berebut ngisi absen, kenapa ga bisa ngantri sih itu orang-orang, heran. Karra pun ternyata tergolong gerombolan anti-ngantri itu. Tanpa sadar, di depan Karra pas giliran Wira ngisi absen. Jadinya keliatan lah itu nama lengkap, alamat, NRP (semacam nomor induk mahasiswa), plus kelas Wira. Jeng jeng, Wira sekelas sama Karra lagi tu nanti ternyata, haha.

“ Apaaaa? Sekelas lagi? Oyaampun, kejamnya dunia. Gimana bisa ini gimana bisa. Gue ga mau suka, ga jadi suka, ga suka pokonya ga mau, ga mau suka sama Wiraaaaa.”

*****

            The month is coming! Saatnya MABA (Mahasiswa/mahasiswi baru) SNMPTN tiba. Kok bisa ada MABA lagi? Jadi begini, sistem kampus hijau nan permai itu memang agak beda. MABA diterima lewat jalur yang beda-beda. Karra, Septi, dkk diterima lewat jalur undangan, semacam PMDK gitu. Ada juga yang diterima lewat jalur SNMPTN. Nanti ada juga yang diterima lewat jalur mandiri gitu, yang bakal masuk bareng MABA   SNMPTN juga. Nah, MABA yang masuk jalur undangan itu mulai kuliah duluan. Selama sebulan, mereka belajar satu matakuliah SMA. Kok SMA? Di kampus hijau nan permai itu memang menerapkan sistem seperti itu. Selama semester I dan II nanti semua mahasiswa belajar lagi pelajaran-pelajaran SMA, tapi agak beda sama pelajaran waktu SMA dulu, jadi semacam SMA lanjut gitu deh. Nah nanti mulai semester III, baru deh mereka dipisah sesuai dengan fakultas mereka masing-masing. Satu lagi, selama satu tahun (berarti selama semester I dan II) para MABA diwajibkan tinggal di asrama. Seperti itulah kira-kira.
            Dengan hadirnya MABA SNMPTN dan MABA jalur mandiri, berarti kamar Karra dan Septi bakal kedatangan penghuni baru. Pagi itu, Karra dan Septi sedang asik bersenda gurau di kamar mereka. Secara kuliah sebulan mereka usai sudah, ya jadinya mereka free pagi itu. Tiba-tiba suara ketukan pintu menghentikan senda gurau mereka. Septi pun segera membukakan pintu.
Tita: “ Assalamualaikum. Hai. “
Karra dan Septi: “ Waalaikumsalam. “
Tita: “ Salam kenal, gue Astita Saranadya. Panggil aja Tita, hehe. “
Karra: “Akhirnya datang juga, haha. Salam kenal juga. Gue Karra Zweta Airin. Panggil aja Karra ya, hehe. “
Tita: “ Oke, hehe.”
Septi: “ Gue Septia Inggrida. Panggil aja Septi. Oia lu orang mana, ta? “
Tita: “ Oke. Gue orang sini kok, hehe. “
Septi: “ Sama dong kayak gue berarti, haha. “
Karra: “ Yah, gue beda sendiri dong. “
Tita: “ Emang lu dari mana, Ra? “
Karra: “ Dari Jakarta sih, hehe. “
Tita: “ Itu mah deket atuh. Mau pulang juga gampang, hehe. “
Septi: “ Si Karra mah emang kerjaannya pulang mulu, haha. “
Karra: “ Ahahaha. “
            Obrolan singkat itu akhirnya ditutup dengan dimulainya acara beres-beres kamar. Karena tempat tidur Karra dan Septi di atas, jadinya tempat tidur Tita yang di bawah deh.

*****
           
            Malam itu lagi-lagi ga seperti malam-malam sebelumnya yang terbilang sepi. Dengan adanya Tita, suasana kamar Karra dan Septi jadi lebih hidup. Kehadiran orang-orang baru di kamar lain juga membuat suasana asrama jadi lebih hidup. Sambil duduk melingkar di tengah-tengah kamar, Karra, Septi dan Tita nampak asik bercengkrama, bersenda gurau hingga bergosip ria. Obrolan semakin seru ketika mereka masing-masing menunjukkan Buta alias Buku Tahunan SMA mereka dan saling bertukar melihat-lihat Buta itu. Karra megang Buta nya Tita, Septi megang Buta nya Karra, sementara Tita megang Buta nya Septi. Lalu, apa yang bikin semakin seru ya? Karena tiba-tiba, jeblak! Muka Karra berubah jadi kaget sekaget-kagetnya. Itu di Buta nya Tita ada si The King of Norak? Sambil melihat-lihat Buta, obrolan pun berlanjut.
Tita: “ Ngomong-ngomong, kalian dapet kelas apa nanti? Gue di Y-a. ”
Karra: “ Gue di Y-b.”
Septi: “ Gue X-b. Eh berarti nanti kalian sekelas besar dong, Ra, Ta. “
Tita: “ Sekelas besar? “
Septi: “ Iya nanti bakal ada kuliah kelas besar. Jadi kayak kalian tu kelas Y-a sama Y-b digabung. Gue juga nanti sama kelas X-a berarti. “
Karra: “ Kuliah kelas kecil juga ada. Itu yang sekelas sama lu di Y-b, Ta. “
Tita : “ Oh gitu, kita bisa berangkat  bareng dong, Ra.”
Karra: “ Iya, tapi ga bisa bareng Septi lagi, huhu. “
Septi: “ Iya Ra, kali ini kita berpisah, huhu. “
Tita: “ Cup cup cup. “
            Malam semakin larut. Mereka pun pergi tidur karena besok perkuliahan semester pertama akan dimulai. Dengan hadirnya Tita, apakah Karra akan tetap jadi ter-bangun paling terakhir? 

- to be continued -


Leave a Reply

Other Blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

About Me

Followers